Rabu, 19 Januari 2011

Self Control

" Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Amsal 16:32.

Lao Tsu, filsuf Cina, pernah mengatakan, ”Menundukkan orang lain membutuhkan tenaga. Menundukkan diri kita sendiri membutuhkan kekuatan.”
Tak dapat disangkal musuh terbesar manusia adalah diri sendiri, bahkan seorang Daud yang disebut sebagai orang yang kepadanya Tuhan berkenan. Kehidupan Daud merupakan sebuah perjalanan hidup yang penuh gejolak. Seorang yang matanya indah dan parasnya elok. Penuh Keberanian. Begitu polos dalam percayanya pada Tuhan Allah. Ketrampilannya sebagai pemusik sekaligus gembala. Dengan segala kemegahannya ini, Daud tetap jatuh dalam dosa seksual. Semua berakar pada tidak adanya penguasaan diri.

Apa benar Daud tidak punya penguasaan diri? Karena ada satu peristiwa mengenai penguasaan diri yang luar biasa patut dipuji, ketika dia dikejar-kejar Saul. Peristiwa itu dapat disaksikan di 1 Samuel 24-26. Daud menolak dorongan hatinya dan dorongan anak buahnya untuk membunuh Saul ( 1 Samuel 24 - 26 ) . Padahal dia memiliki alasan dan kesempatan untuk membunuh Saul. Lagipula Saul sudah buat hidup Daud susah hanya karena iri hatinya. Daud menguasai dirinya sedemikian rupa dengan tidak membunuh Saul.

Kalau begitu apa yang terjadi pada Daud yang gagal menguasai diri dalam hal seksual di 2 Samuel 11? Situasi kehidupan Daud di kedua peristiwa itu sangat berbeda. Daud mengingat Tuhan yang mengurapi Saul, ketika dia mengalami pencobaan untuk membunuhnya. Tetapi Daud tidak mengingat Tuhan ketika dia gagal menguasai diri dalam hal seksual dan pembunuhan. Inilah titik terpenting penguasaan diri. Daud mampu menguasai diri karena dia menempatkan diri/egonya dibawah penundukan Tuhan yang mengurapi Saul

Kenyamanan bisa menjadi racun yang membius. Daud tidak mampu menguasai diri untuk memuaskan kenyamanan mata dan pikirannya ketika melihat Batsyeba. Daud menundukan dirinya dibawah kenyamanan, sehingga dia berdosa dan membayar harga yang mahal untuk kesalahannya.

Memiliki penguasaan diri bukan berarti kita pintar dalam hal self-management. Penguasaan diri adalah menundukan diri/ego kita di bawah kuasa Roh Kudus


Galatia 5 : 22 - 23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar